Judul Album : Sahabat Pena
Penyanyi : Boy Sandi
Produksi : Nursandi Records
4 x 4 = 16. Sempat tidak sempat harus dibalas. Ungkapan tersebut sangat populer sepopuler persahabatan lewat pena yang tren saat itu. Majalah-majalah memasang kolom sahabat pena lengkap dengan foto.
Boy Sandi, penyanyi baru berwajah imut menyanyikan lagu tentang tren saat itu.
Karena lagunya yang enak atau penyanyinya yang membuat "Sahabat Pena" menjadi top saat itu.
Yang pasti penyanyi pria saat itu sangat sedikit. Dengan modal tampang yang imut, Boy Sandi berhasil menyeruak dan menjadi idola baru diantara deretan penyanyi-penyanyi wanita.
SIDE A
1. SAHABAT PENA (cipt. Cherry LZ)
2. KASIH MAMA (cipt. Dadang S. Manaf)
3. HELLO SAYANG (cipt. Ade Putra)
4. HATI YANG TERLUKA (cipt. Nano Noor)
5. AMINAH (cipt. Kicky AB)
SIDE B
1. BALADA KEMBANG DESA (cipt. Dadang S. Manaf)
2. INDONESIA JAYA (cipt. Ade Putra)
3. HATI TIADA NODA (cipt. Louise Komala)
4. PARTISIPASI (cipt. Daeng Jamal Purba)
5. DETIK DETIK BAHAGIA (cipt. Wahyu OS)
Boleh ndak nih reques lagunya Boy Sandy di album keroyokan judlnya PERPISAHAN DI SMA
tlg vol 4 nya boy sandi dong, judul 'cinta seputih salju' help me please...
mas boy,isteri saya sangat mengidolakan anda... dmn mas sekarang? bisakah kita bertemu?
mas boy,isteri saya sangat mengidolakan anda... dmn mas sekarang? bisakah kita bertemu?
saya juga idem sama mas agus lagunya perpisahan di sma ,,,kl bisa kirimi mp3nya dong,,,dr dulu gue nyari ga dapet2,,,
Memutar tembang Sahabat Pena sembari memutar balik ingatan masa2 lalu saat radio bergelombang SW masih menjadi primadona ketika itu. Saat masih SMP dan SMA antara thn 1997-2002 gemar sekali menyimak acara2 pilpen di radio SW yg konten acaranya sapa-menyapa sesama pendengar antar kota dan daerah, bahkan antar negara. Waktu itu senang rasanya bisa berkenalan dg orang2 jauh. Tapi sekarang kemana mereka para sahabat penaku dulu. Seiring berkembang dan menjamurnya media sosial justru para sahabat penaku menghilang satu persatu. Dulu belum punya HP, blm mengenal FB, twitter, akun e-mail pun belum punya, tapi lewat surat menyurat kita masih bisa berkomunikasi. Masih ingat saat pertama kali surat sy dibacakan di acara pilpen sebuah radio SW di Singapura yg penyiarnya banyak yg dr Indonesia dan salah satunya eks penyiar radio Hilversum Belanda:
"Assalamu'alaikum salam manis buat kak penyiar semoga sehat sejahtera dan ceria selalu di bilik siar. sy pendatang baru tapi pendengar lama RSI. sudah lama sy ingin ikut nimbrung di acara ini dan berharap suatu saat surat sy sampai di meja siar RSI dg harapan bisa menambah wawasan dan pergaulan. dan bagi teman2 pendengar yg ingin berkorespondensi dg sy berikut sekelumit biodata sy:
nama: Agung XXX
alamat: Jl. XXX...
TTL: XXX..
Hobi: memancing, petualangan, mengarang, mendengarkan radio, korespondensi, filateli, dll.
Salam2 buat kak Edi di Banjarmasin, Arif Sodik di Pontianak, Desi Anjar di Bengkulu semoga sehat wal afiat, tak lupa salam jg buat kak Sofyan di Sumedang kenapa sepi tanpa berita, semoga sehat.
Buat kak penyiar terimakasih tentunya sudah membacakan surat perdanaku ini.
Wassalam....
Demikian salah satu tren korespondensi dg orang2 jauh pd masa itu. Dan sprtinya istilah dan aktifitas ber-sahabat pena kian lama kian memudar seiring memudarnya budaya tulis menulis surat konvensional yg tergusur dg surat elektronik, ponsel, dan jejaring sosial yg memang lebih cepat dan praktis.
Tanpa pena untuk menulis surat, tentu saja tdk ada sahabat pena. Sahabat Pena tercipta dari kegiatan surat-suratan, bukan sms2an, fb2an, atau twitter2an, btw.. jejaring sosial dan perangkat telekomunikasi elektronik harus tetap dimanfaatkan utk lebih mempererat persahabatan....